Berbagi pengalaman, pengetahuan, perasaan dan apapun yang bisa dibagi

01 Juni 2009

Semut Kecil

Saat aku bangun tidur pagi tadi, seperti biasa langsung menuju kamar mandi. Saat hendak ke kamar mandi aku sempat melihat seekor semut kecil sedang menangis disudut pintu. Aku cuek aja dan terus ngeloyor ke kamar mandi. Setelah hajat di kamar mandi telah selesai, aku kembali melihat semut kecil itu masih menangis ditempat yang sama. Karena kasihan perlahan aku mendekatinya.

"Hai semut kecil..." sapaku lirih. "Apa yang membuatmu menangis?" Aku melanjutkan bertanya.

Semut kecil itu masih menangis tak menjawab pertanyaanku.

"Ceritakan padaku apa yang membuatmu menangis?" Aku kembali membujuknya. "Mungkin aku bisa membantu"
Dengan suara sedu sedan semut kecil itu menceritakan mengapa ia sampai menangis sendirian seperti ini. Ternyata semut kecil itu malu karena memiliki tubuh yang cacat sehingga ia merasa tak berguna bagi komunitasnya. Sebenarnya aku tak tahu bagian tubuh mana dari semut itu yang cacat karena aku tak bisa melihat dengan jelas. Aku belum memakai kacamata minusku.

Aku berfikir keras untuk membantu masalah si semut kecil. Mencari solusi dan kata-kata yang tepat untuk menghibur sekaligus membangkitkan semangatnya. Kesimpulanku tidak akan ada yang bisa membantu semut kecil itu kecuali dirinya sendiri. Bukan meminta pertolongan makhluk lain, ia tidak boleh dikasihani ia harus bisa menolong dirinya sendiri.

"Hai semut kecil di komunitas kamu sebagai apa?" tanyaku perlahan.
"Aku semut pekerja..." semut kecil itu menjawab pelan.
"OK semut pekerja, sekarang aku beri tahu Tuhan tidak pernah menciptakan makhluknya tanpa disertai kekurangan dan kelebihan, jika cacatmu itu suatu bentuk kekurangan maka pasti kamu punya kelebihan, kamu harus cari kelebihanmu itu"

Aku berhenti dan menarik nafas sejenak, lalu dengan penuh motivasi aku melanjutkan.

"Kamu harus buktikan pada dirimu sendiri dan juga komunitasmu bahwa kamu adalah semut pekerja yang hebat. Kamu harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa cacat tubuhmu tidak menganggu dalam pekerjaanmu. Dapatkan kepercayaan dan dapatkan pengakuan dari komunitasmu. Jadikan bekerja dan usaha untuk mendapatkan kepercayaan dan pengakuan sebagai tujuan dari hidupmu, karena hanya makhluk yang memiliki tujuan dalam hiduplah yang berhak dan pantas untuk hidup. Sekarang kembalilah ke komunitasmu dan buktikan tujuan hidupmu yang membuatmu layak dan berhak untuk hidup" Orasiku panjang lebar penuh semangat.

Setelah mendengar itu, semut kecil itu pun tidak menangis lagi. Entah ia paham perkataanku atau tidak, yang pasti ia melangkah dan berjalan penuh keyakinan. Tepat disebuah lubang kecil diretakan keramik disudut pintu, semut itu masuk kesarang komunitasnya. Aku berdiri dan menghirup udara pagi yang segar. Tak menyangka aku bisa mengucapkan kata-kata yang sehebat itu. Sejurus kemudian perutku merasa mual. Aku berlari kembali ke kamar mandi, disana aku muntah-muntah hebat. Entah apa yang aku muntahkan, karena pagi ini aku belum sarapan.

Gresik, 01 Juni 2009

0 comments:

Buku Tamu

Pengikut