Berbagi pengalaman, pengetahuan, perasaan dan apapun yang bisa dibagi

02 Oktober 2009

Hanya Tulisan

Kali ini dan mungkin untuk yang kesekian kali aku hanya bisa menulis. Kali ini tulisan ini tidak akan berarti apa-apa hanya sebuah tulisan, agar hatiku lebih tenang. Damai.

Bukan sebuah kisah yang heroik, fantastis atau romantis yang tragis. Tidak. Semua ini hanya tentang sebuah mimpi anak manusia yang sederhana, niatan tulus mewujudkan semua impiannya, tanpa terluka, tapi itu tidaklah mudah.

Manusia yang kuceritakan ini bukanlah siapa-siapa, dengan keterbatasannya dia masih mencoba meraih mimpi2nya yang kian lama kian pudar dari kenyataan. Menyesali diri dengan penyesalan yang membuatnya semakin remuk redam menjadi serpihan-serpihan kecil layaknya pecahan tembikar. Menangis pun sudah tak sanggup lagi, kareana dia telah lupa bagaimana cara meneteskan air mata. Prinsip hidup tanpa penyesalan yang dulu dia agungkan lenyap sudah, mulai goyah dan perlahan pudar dari pelupuk matanya yang kian lamur digerogoti usahanya meraih impian.

Kenalkah kalian dengan manusia ini?

Aku beri saran tak perlu kau tahu siapa dia, apa yang dia lakukan, atau apa mimpinya yang sederana tapi indah itu? Diamlah dan suatu saat akan aku ceritakan lagi tentang dia, tentang manusia itu.!
READ MORE - Hanya Tulisan

18 Agustus 2009

Pandora Hatiku

Melihat mimpi melalui rasi (bintang)
Menikmati racun cinta berlabel kala
Tiada melirik tunas
Hanya mengharap gabah
Diam hanya diam tanpa percaya
Dia menganggap semua tipuan tak nyata
Mengira semua tentangku hanya tentang canda tawa
Menyangka semua hanya permainan anak kecil yang akan segera lupa
Apakah dia mengerti tentang aku?
Pernahkah dia mencoba mengenali diriku?
Kesempurnaannnya membungkamku
Kecerdasannya membekukanku
Kecantikannya adalah kejujuranku
Kelemahannya adalah mutlak ketulusanku
Semua bukan tentangnya yang mendua
Bukan pula tentang kaum yang memujanya
Hanya tentangku, ya tentangku
Masih tentang segenggam rindu
Dan mungkin hanya sebongkah yang orang sebut itu cinta




Gresik, 18 Agustus 2009
READ MORE - Pandora Hatiku

04 Agustus 2009

Bintang Cantik Berselimut Radiasi

Jiwaku dan rinduku bergandengan mesra berkelana mencari sesuatu diangkasa raya. Ketika sampai disebuah galaksi, mereka bertemu dengan bintang-bintang indah yang berkilauan, bisik rinduku

“Bukan,bukan yang kita cari”

lalu mereka terus melanjutkan perjalanan hingga jumpa asteroid yang menawan dan jiwaku berkata

“Bukan, bukan yang ini juga, mari kita lanjutkan”

Dan mereka terus melanjutkan perjalanan panjang melintasi planet-planet yang menari indah saat berotasi. Menyaksikan komet-komet bergerak seirama. Memperhatikan meteor-meteor yang saling berkejaran. Menyebrangi orbit-orbit yang membentuk aturan elips. Sampai mereka terpukau sebuah bintang cantik yang berpijar, seketika rinduku bergumam

“Ini,ini dia bintang yang kita cari selama ini”

Seketika pula jiwaku merangkul mesra lengan rinduku, lalu memeluk dan mendekapnya erat penuh kasih. Berbisik jiwaku ditelinga rinduku

“Memang itu bintang yang selama ini kita cari, tapi lihatlah wahai saudaraku terkasih, bintang itu beselimut radiasi. Mari, marilah kita kembali ke Bumi, disini bukan galaksi tempat kita merangkai satelit mimpi”

Rinduku memberontak dan hendak menjerit, tapi karena dekapan jiwaku yang penuh kasih, rinduku hanya bisa menangis pilu. Jiwaku membimbing perlahan rinduku turun ke planet yang bernama Bumi, tempat dimana mereka seharusnya berada. Dan entah apa mereka akan kembali mencari bintang cantik yang berpijar dilain galaksi dan…berselimut radiasi.


Gresik, 04 Agustus 2009
READ MORE - Bintang Cantik Berselimut Radiasi

01 Juni 2009

Semut Kecil

Saat aku bangun tidur pagi tadi, seperti biasa langsung menuju kamar mandi. Saat hendak ke kamar mandi aku sempat melihat seekor semut kecil sedang menangis disudut pintu. Aku cuek aja dan terus ngeloyor ke kamar mandi. Setelah hajat di kamar mandi telah selesai, aku kembali melihat semut kecil itu masih menangis ditempat yang sama. Karena kasihan perlahan aku mendekatinya.

"Hai semut kecil..." sapaku lirih. "Apa yang membuatmu menangis?" Aku melanjutkan bertanya.

Semut kecil itu masih menangis tak menjawab pertanyaanku.

"Ceritakan padaku apa yang membuatmu menangis?" Aku kembali membujuknya. "Mungkin aku bisa membantu"
Dengan suara sedu sedan semut kecil itu menceritakan mengapa ia sampai menangis sendirian seperti ini. Ternyata semut kecil itu malu karena memiliki tubuh yang cacat sehingga ia merasa tak berguna bagi komunitasnya. Sebenarnya aku tak tahu bagian tubuh mana dari semut itu yang cacat karena aku tak bisa melihat dengan jelas. Aku belum memakai kacamata minusku.

Aku berfikir keras untuk membantu masalah si semut kecil. Mencari solusi dan kata-kata yang tepat untuk menghibur sekaligus membangkitkan semangatnya. Kesimpulanku tidak akan ada yang bisa membantu semut kecil itu kecuali dirinya sendiri. Bukan meminta pertolongan makhluk lain, ia tidak boleh dikasihani ia harus bisa menolong dirinya sendiri.

"Hai semut kecil di komunitas kamu sebagai apa?" tanyaku perlahan.
"Aku semut pekerja..." semut kecil itu menjawab pelan.
"OK semut pekerja, sekarang aku beri tahu Tuhan tidak pernah menciptakan makhluknya tanpa disertai kekurangan dan kelebihan, jika cacatmu itu suatu bentuk kekurangan maka pasti kamu punya kelebihan, kamu harus cari kelebihanmu itu"

Aku berhenti dan menarik nafas sejenak, lalu dengan penuh motivasi aku melanjutkan.

"Kamu harus buktikan pada dirimu sendiri dan juga komunitasmu bahwa kamu adalah semut pekerja yang hebat. Kamu harus bekerja lebih keras untuk membuktikan bahwa cacat tubuhmu tidak menganggu dalam pekerjaanmu. Dapatkan kepercayaan dan dapatkan pengakuan dari komunitasmu. Jadikan bekerja dan usaha untuk mendapatkan kepercayaan dan pengakuan sebagai tujuan dari hidupmu, karena hanya makhluk yang memiliki tujuan dalam hiduplah yang berhak dan pantas untuk hidup. Sekarang kembalilah ke komunitasmu dan buktikan tujuan hidupmu yang membuatmu layak dan berhak untuk hidup" Orasiku panjang lebar penuh semangat.

Setelah mendengar itu, semut kecil itu pun tidak menangis lagi. Entah ia paham perkataanku atau tidak, yang pasti ia melangkah dan berjalan penuh keyakinan. Tepat disebuah lubang kecil diretakan keramik disudut pintu, semut itu masuk kesarang komunitasnya. Aku berdiri dan menghirup udara pagi yang segar. Tak menyangka aku bisa mengucapkan kata-kata yang sehebat itu. Sejurus kemudian perutku merasa mual. Aku berlari kembali ke kamar mandi, disana aku muntah-muntah hebat. Entah apa yang aku muntahkan, karena pagi ini aku belum sarapan.

Gresik, 01 Juni 2009
READ MORE - Semut Kecil

Buku Tamu

Pengikut